Jateng Terkini – Serabi ngampin makanan khas Ngampin Ambarawa yang sudah melegenda. Konon serabi ini sudah dijajakan sejak tahun 1970-an.
Setiap menjelang bulan Ramadhan, di Desa Ngampin terdapat sebuah tradisi ruwah atau menyucikan diri. Hampir setiap pemuda asli desa tersebut melakukan kegiatan bersuci di Kali Condong
Kebiasaan ini ditahun 2000an sudah mulai redup, untuk tetap mengingat dan mempopulerkan kembali warga linkungan lonjong Kelurahan Ngampin Kecamatan Ambarawa gelar festival “Serabi Klasik Asik” Menjaga ingatan Mewarisi kebijaksanaan. Minggu 14/8/22 siang
Acara yang dihadiri dari Dinas Budaya Kabupaten Semarang dan LKK Ambarawa juga Duta wisata dari Kabupaten Semarang. Terdapat 4 stand perwakilan dari tiap Rt untuk mendemokan cara memasak srabi dari penggilingan tepung yang dilakukan dengan cara manual sampai proses pemasakan.
Proses pemasakan masih dilakukan dengan cara tradisional dan menggunakan keren (wajan dari tanah liat) .
“Dulunya serabi adanya hanya setiap satu tahun sekali itu hanya di bulan Syakban di hari ke 14,15 dan 16. Bertepatan dengan bulan Syakban dan tradisi ruwah (menyucikan diri) di kali condong jambu. Mereka menjalankan ritual mandi dan melarung pakaian.
Saat ada tradisi ritual warga ngampin berjualan serabi di pinggir jalan, alhamdulillah laku keras dari itu serabi jadi dikenal oleh masyarakat. Dikarenakan serabi sudah dikenal ditahun 1987an warga mencoba berjualan di pinggir jalan setiap harinya dan alhamdulillah laris juga” ujar ibu Parsiah (64)
Serabi ngampin yang asli memang pembuatannya melalui proses yang agak lama dimulai dari penumbukan beras dan kelapa menggunakan alu dan lumpang setelah itu disaring menggunakan ayakan
Alat dan tempat masakpun sampai sekarang masih lekat dengan tradisional dari kayu bakar saja menggunakan kayu karet dikarenakan tidak ada asap.
Hanya ada tiga varian rasa serabi ngampin yaitu gula Jawa, original, dan telur ungkapnya.
Lanjut Aldila Nur Afandi Ketua RW 3 linkungan Lonjong Ngampin menjelaskan festival ini masih dalam rangkaian merti dusun Lonjong, disamping itu juga untuk menguri uri melestarikan budaya pembikinan makanan tradisional serabi khas Ngampin dengan festival ini kita memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa serabi yang ada di ngampin adalah serabi tanpa kuah jelasnya.
Wahid cahyono menambahkan “Sebenarnya serabi itu tidak berkuah serabi kering kalo berkuah itu termasuk inovasi dengan perkembangan jaman , salah satu alasan berkuah adalah biar makanya tidak seret pungkasnya. (Ds)
Oleh: Dhanis Setianto