Munculnya pandemi di Indonesia sejak awal bulan Maret lalu berdampak terhadap berbagai sektor, salah satunya sektor pariwisata. Akses kedatangan turis dari berbagai daerah ditutup, secara otomatis kegiatan pariwisata dan roda perekonomian terhenti. Dari hari ke hari, penambahan kasus postif corona di Indonesia semakin melonjak naik. Keadaan semakin parah karena setiap hari masih terjadi penambahan ribuan kasus positif Covid-19. Menyalahkan pemerintah hanya akan memperkeruh suasana karena kondisi ini haruslah menjadi fokus utama bagi semua pihak, termasuk masyarakat.
Naik-turunnya jumlah wisatawan mancanegara menjadi suatu hal yang wajar karena belum semua akses penerbangan dari beberapa negara dibuka. Penerapan beberapa peraturan untuk berwisata juga masih sangat ketat, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk berwisata juga lebih banyak daripada biasanya. Surat keterangan kesehatan, masker dan beberapa protokol kesehatan harus diperhatikan dan diterapkan selama melakukan perjalanan.
Berbagai kekhawatiran untuk berwisata ditengah pandemi global ini pasti dirasakan oleh semua wisatawan. Ketentuan penerapan protokol kesehatan dan peraturan berwisata saat pandemi semakin gencar disampaikan. Namun, tetap saja minat wisatawan untuk berkunjung sangat kecil karena masih dihantui rasa was-was.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada bulan Januari hingga September 2020 berkurang 70,57% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, terdapat 12,10 juta kunjungan dan pada tahun 2020 hanya 3,56 juta kunjungan. Jumlah kunjungan tersebut sangatlah jauh dari target awal yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 17 juta wisatawan. Namun ternyata, pemerintah sudah mengubah targetnya menjadi 4 juta wisatawan saja.
Jumlah kunjungan wisatawan pada bulan Agustus dan September 2020 juga berkurang, bahkan menyentuh angka 5,94%. Pada bulan Agustus 2020, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 163,19 ribu kunjungan, dan berkurang 9,69 ribu kunjungan pada bulan selanjutnya. Kunjungan pada bulan September 2020 ini didominasi oleh wisatawan asal Timor Leste dengan persentase 50,01% dari jumlah wisatawan seluruhnya.
Berdasarkan data yang diunggah oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, penurunan jumlah wisatawan mancanegara terjadi sejak bulan Desember 2019. Kemudian pada bulan-bulan selanjutnya jumlah kunjungan wisatawan mulai tidak stabil hingga puncak terendahnya terjadi pada bulan September 2020 dengan 153,50 ribu kunjungan.
Instabilitas jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ini berdampak terhadap seluruh pemilik dan pelaku industri pariwisata. Utamanya terhadap pelaku UMKM atau usaha mikro milik masyarakat di sekitar destinasi wisata. Sebelum pandemi muncul, kehidupan mereka bergantung pada kegiatan pariwisata. Namun saat ini, mereka beralih profesi untuk mencukupi kebutuhnnya sehari-hari .
Kesulitan tersebut dirasakan pula oleh beberapa pemilik biro perjalanan wisata. Selama pandemi ini, seluruh destinasi wisata ditutup sementara oleh pengelola. Kegiatan wisata sepi peminat dan bisa dikatakan mati dalam beberapa bulan terakhir ini. Untungnya saat ini pemerintah sudah mulai memberikan kelonggaran terkait kegiatan wisata, namun tetap disertai dengan pengeluaran peraturan terkait protokol kesehatan.
Keputusan pemerintah untuk membuka destinasi wisata dapat dikatakan sebagai langkah yang baik. Berkat dibukanya destinasi wisata, masyarakat akan kembali bekerja seperti dahulu, tour guide dan biro perjalanan wisata akan mulai beroperasi sehingga roda perekonomian masyarakat akan kembali bergerak. Di sisi lain, pemerintah akan mendapatkan pemasukan melalui kunjungan wisatawan asing, target wisatawan yang sudah diperkecil pun akan tercapai. Harapannya, kegiatan pariwisata di Indonesia akan tetap bergerak dan semakin membaik seperti tahun-tahun sebelumya meskipun di era normal baru.
Oleh: Adelia Zhalzha Winanda